GoPresent – Anggota DPRD Pohuwato, Luluk A. Yuliyanti, mendorong percepatan pembangunan jembatan di Desa Panca Karsa II yang menjadi satu-satunya akses warga menuju lahan perkebunan.
Tak hanya itu, dirinya juga mendorong perbaikan jalan yang menjadi penghubung antara Desa Panca Karsa II dan Desa Makarti Jaya yang saat ini kondisinya rusak parah.
Menurut Luluk, baik jembatan maupun jalan merupakan dua sarana penting untuk menunjang aktifitas sehari-hari masyarakat. Terutama bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani.
“Puluhan kepala keluarga menggantungkan hidup mereka dari berkebun. Nah, apabila akses menuju lahan tersebut ambruk atau rusak, jelas akan menimbulkan ketimpangan untuk mereka-mereka yang terdampak,” kata Luluk, Selasa (02/04/2024).
“Tak hanya itu, jalan menuju Desa Makarti Jaya juga kondisinya sangat-sangat memprihatinkan. Nyaris sepanjang jalan itu pasti ditemukan lubang-lubang besar yang bisa sangat membahayakan masyarakat yang berkendara melewati jalan tersebut,” lanjutnya.
Luluk berharap, Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas PUPR Pohuwato dapat memprioritaskan pembangunan jembatan dan perbaikan jalan yang berada di wilayahnya tersebut.
“Tentu kita harus dorong pemerintah daerah dalam hal ini Dinas PUPR dapat segera melakukan pekerjaan baik pembangunan jembatan maupun perbaikan jalan di dua desa ini,” tandas Luluk.
Sementara itu, Kepala Dinas PUPR, Risdiyanto Mokodompit, mengatakan jika dirinya telah melakukan kunjungan dan rapat bersama pemerintah desa. Dari rapat tersebut, pembangunan jembatan di Desa Panca Karsa II akan dilaksanakan sembari menunggu realisasi dana PEN.
“Saat ini kan dana PEN kita masih menunggu persetujuan dari Menteri Keuangan. Memang itu jembatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat,” kata Risdiyanto ketika dikunjungi di ruang kerjanya.
Lebih lanjut, kata Risdiyanto, untuk perbaikan jalan menuju Desa Makarti Jaya akan dilakukan di tahun ini. Perbaikan jalan tersebut nantinya akan menggunakan dana DBH Sawit dengan besaran sekitar Rp2,1 Miliar.
Proses perbaikan jalan dengan panjang kurang lebih 3,5 kilometer tersebut akan menggunakan metode patching. Perbaikannya sendiri nantinya akan dilakukan tidak secara menyeluruh, mengingat kondisi keuangan yang terbatas.
“Dia bukan perbaikan secara menyeluruh, tapi dia perbaikan setempat dalam hal ini holding. Jadi kita patching, mana yang rusak itu yang kita perbaiki,” lanjut Risdiyanto.
“Jadi kalau kerusakannya 70 persen, maka kita kurangi menjadi 40 persen atau 30 persen kerusakan. Jadi masih ada tetap rusak, tapi tidak separah yang sekarang,” tandasnya. (rik)